Tokoh Pergerakan Nasional yang Menginspirasi
Kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 tidak lepas dari peran tokoh-tokoh pergerakan nasional. Mereka adalah golongan terpelajar yang mengubah corak perjuangan masyarakat yang sebelumnya bersifat kedaerahan menjadi nasional.
Dengan pembentukan
organisasi-organisasi sebagai penggerak perjuangan, usaha mereka terbukti
signifikan untuk membuat bangsa Indonesia diperhitungkan.
Sebagian besar orang
mungkin telah familiar dengan sosok Ir Soekarno, tokoh pergerakan nasional yang
kemudian menjadi presiden pertama Indonesia. Faktanya, ada banyak tokoh
pergerakan nasional selain Ir Soekarno yang turut berjasa dalam usaha
memerdekakan banga. Berikut adalah kisah 4 tokoh di antaranya:
Dr. Soetomo
Masa pergerakan nasional di Indonesia ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo sebagai organisasi pertama pada masa pergerakan nasional. Boedi Oetomo merupakan sebuah organisasi pelajar yang didirikan oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten) yaitu Goenawan, Dr. Tjipto Mangoenkeosoemo, Soeraji, serta R.T. Ario Tirtokusumo, yang didirikan di Jakarta pada 20 Mei 1908. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, kebudayaan, serta tidak bersifat politik.
Lahirnya Boedi Oetomo menandai terjadinya perubahan bentuk
perjuangan dalam mengusir penjajah, perjuangan yang selama ini bersifat
kedaerahan berubah menjadi bersifat nasional dengan tujuan mencapai Indonesia
merdeka. Perjuangan mengusir penjajah yang semula hanya mengandalkan kekuatan
fisik dan bergantung pada seorang pemimpin, diganti dengan perjuangan baru yang
memanfaatkan kekuatan pemikiran. Perubahan bentuk perjuangan ini menjadikan
usaha untuk mengusir penjajah terus berkesinambungan, karena tidak bergantung
pada satu orang pemimpin.
Berdirinya Boedi Oetomo tidak bisa lepas dari peranan Dr. Wahidin Soedirohusodo. Walaupun bukan pendiri Boedi Oetomo, namun beliaulah yang telah menginspirasi Dr. Soetomo dan kawan-kawan untuk mendirikan organisasi pergerakan nasional ini. Dr. Wahidin Soedirohusodo sendiri adalah seorang alumni STOVIA yang sering berkeliling di kota-kota besar di Pulau Jawa untuk mengkampanyekan gagasannya mengenai bantuan dana bagi pelajar-pelajar pribumi berprestasi yang tidak mampu melanjutkan sekolah. Gagasan ini akhirnya dikemukakan kepada pelajar-pelajar STOVIA di Jakarta, dan mereka pun menyambut baik gagasan mengenai organisasi tersebut.
dr Wahidin
Soedirohusodo
dr Wahidin Soedirohusodo. Foto: kemensos.org.id
dr. Wahidin
Soedirohoesodo lahir di Sleman, Yogyakarta pada 7 Januari 1852. Beliau
merupakan seorang dokter lulusan STOVIA yang menggagas organisasi Boedi Oetomo.
Beliau memiliki keinginan untuk memajukan pendidikan bumiputera yang saat itu
kebanyakan masih terbatas untuk kalangan berada.
Dikutip dari Muhammad
Husni Thmarin yang ditulis Anhar Gonggong, dr. Wahidin Soedirohoesodo
berkeliling Pulau Jawa untuk menggalang dana pendidikan. Beliau juga rela tidak
dibayar sepeserpun oleh warga yang tidak memiliki uang untuk berobat.
Saat bertandang ke
Jakarta, dr. Wahidin Soedirohoesodo diundang oleh mahasiswa STOVIA yakni
Soetomo dan Soeradji untuk berdiskusi. Dari diskusi tersebutlah tercetus ide
untuk mendirikan sebuah perkumpulan yang bernafaskan nasionalisme. Pada 20 Mei
1908, lahirlah Boedi Oetomo.
H.O.S Tjokroaminoto
Hadji Oemar Said
(H.O.S.) Tjokroaminoto yang lahir di Madiun, Jawa Timur, pada 16 Agustus 1882
merupakan pemimpin organisasi Sarekat Islam (SI). Sosok beliau krusial dalam
pergerakan nasional. Soekarno merupakan salah satu muridnya.
Pada 1916,
Tjokroaminoto menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat Hindia). Meski
demikian, ia masih tetap menyuarakan kritik keras pada pemerintah kolonial.
Organisasi SI bisa dibilang revolusioner. Ide tentang kemerdekaan telah beliau suarakan melalui SI.
Pada Kongres Sarekat
Islam di Bandung pada 17-24 Juni 1916, beliau berorasi bahwa bangsa Indonesia
seharusnya memiliki pemerintahan sendiri. Beliau juga telah memikirkan gagasan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan mempertimbangkan keragaman yang ada.
Dikutip dari Islam
dan Nasionalisme Indonesia karya Ridwan Saidi, Tjokroaminoto mengatakan,
“Bilamana kita memperoleh zelfbestuur (kemerdekaan) yang sesungguhnya,
artinya bila tanah air kita kelak menjadi suatu negara dengan pemerintahan
sendiri, maka seluruh lapisan masyarakat semuanya akan menuju ke arah dan
bersama-sama memelihara kepentingan kita bersama, dengan tidak pandang bulu,
bahasa, bangsa maupun agama.”
Maka tidak
mengherankan apabila Tjokroaminoto masuk dalam buku 100 Tokoh yang Mengubah
Indonesia karya Bernard Siagian
Ernest François
Eugène Douwes Dekker
Ernest François Eugène Douwes Dekker. Foto: wikipedia
Ernest François
Eugène Douwes Dekker lahir di Pasuruan pada 8 Oktober 1879 dari ayah keturunan
Belanda dan ibu berdarah Jerman-Jawa. Statusnya sebagai Indo tentu
menguntungkannya dibandingkan dengan pribumi, meskipun kerap dianggap rendah
oleh orang Eropa totok.
Ia pun dapat menjadi
pegawai kolonial di perkebunan kopi dan mendapat gaji yang cukup besar. Saat
bekerja, Ernest Douwes Dekker sering menyaksikan perlakuan semena-mena terhadap
pekerja pribumi. Karena sering berusaha membela pribumi, ia tidak disukai rekan
kerjanya dan akhirnya dipecat.
Ia kemudian menjadi
jurnalis. Lewat tulisannya, Douwes Dekker kerap mengampanyekan kesetaraan
rasial dan gagasan bahwa rakyat Indonesia harusnya dapat memerintah diri
sendiri.
Bersama Cipto
Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara, Ernest Douwes Dekker yang mengubah namanya
menjadi Danudirja Setiabudi membentuk Indische Partij yang memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia.
sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/muspres/budi-utomo-20-mei-1908-awal-pergerakan-nasional-indonesia-menuju-indonesia-merdeka/
https://kumparan.com/berita-hari-ini/3-tokoh-pergerakan-nasional-yang-menginspirasi-1uJTaQ2x0Nz/full
Komentar
Posting Komentar