Mesra dalam Ringkasnya Hidup


Ibnu Qoyyim Al Jauziah menegaskan disunnahkannya menggemakan adzan di telinga bayi yang baru lahir berdasarkan hadits yang beliau anggap shahih. Kemudian sesudahnya, memastikan bahwa saat wafat, manusia akan dishalatkan. Maka sesungguhnya, hidup dari lahir hingga wafat hanyalah sependek jarak antara adzan dan shalat, demikian beberapa ahli hikmah memberi nasihat. 

Betapa singkatnya, betapa sempitnya.
Hingga sejarah hidup manusia hanya ditulis tiga baris, nama, tahun lahir, dan tahun kematian. Terukir di nisan yang tak terawat, dilupakan. Padahal jasad yang terbaring di bawah gundukan tanah itu, menghadapi pertanyaan atas tiap detik yang pernah ia lalui dalam hidupnya. Dunia melupakan tahun demi tahun umurnya, sedangkan akhirat menuntut tanggung jawab atas tiap hela nafasnya. 

Sungguh, tugas hidup kita adalah mengemudi hati menuju Allah di jalan yang lurus. Tapi hati kita adalah qolb. Ia punya makna dari taqallaba, bergoyah gayih, berombang-ambing. Maka agar ia tak kehilangan arah, tak terperangkap labirin sesat, tak terpedaya oleh bombardir rayu, betapa perlu ia dimesrakan dengan Penciptanya. 
     "Sesungguhnya hati-hati ini berada di antara jari jemari Allah Yang Maha Pengasih, " demikian sabda Nabi SAW, sebagaimana Imaam Muslim dan Ahmad meriwayatkan, "Dia bolak-balikkan menurut apa yang dikehendaki-Nya."

Beberapa hal yang perlu kita perhatikan agar senantiasa mesra hubungan kita dengan sang Pencipta:
1. Meresapi hidup dalam segala keadaan dengan menghadirkan kecintaan Allah. 
2. Bersyukur atas segala keadaan yang diberikan oleh Allah, terutama karunia hidayahNya. 
3. Kepasrahan sejati dalam masalah rizqi. Dalam soal rizqi, perencanaan kita adalah rizqi, pelaksanaannya adalah rizqi, dan hasilnya adalah rizqi. 
4. Menerima segala ujian dengan keridhoan. 

Mari hidup di lapis-lapis keberkahan. Mari memesrakan hidup pada Penggenggam hati kita. Dialah yang telah menulis takdir kita, menjadikan musibah sebagai selingan berharga bagi limpahan karunia. DariNya kita bermula, dan kepadaNya kita berpulang. Wallahu 'alam. 

Sumber : Lapis-lapis keberkahan. Salim A Fillah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masa Penjajahan Jepang

Tokoh Pergerakan Nasional yang Menginspirasi

Salju di Wilayah Indonesia