Popa dan Tali Putri

Suatu hari yang cerah, Popa si kupu-kupu terbang dengan riang gembira. Hatinya sangat senang karena hari itu dia menemukan taman bunga yang indah. Aneka bunga bermekaran di sana. Itu tandanya, Popa tidak akan kelaparan.  Ia juga sudah berkenalan dengan bunga-bunga yang tumbuh di taman itu. Ada sakura, lily, flamboyan, mawar, melati, dan dahlia.  Bunga-bunga di sana juga sangat senang menyambut kedatangan Popa.  Beberapa bulan ini, tidak ada yang membantu mereka melakukan penyerbukan sehingga mereka khawatir tidak punya keturunan.


Ketika sedang asyik menghisap nektar, tiba-tiba Popa mendengar isak tangis di kejauhan. Popa segera terbang mencari sumber suara tersebut. Ternyata, ada sebuah tanaman yang mengelilingi taman tersebut sedang bersedih. Popa pun menyapanya, “Hai, Assalamu’alaikum, kenapa kamu bersedih, siapa namamu?”
“Oh,eh..kau siapa, sepertinya aku baru melihatmu.” Tanaman itu terlihat terkejut.
“Aku Popa, pendatang baru di taman ini, bolehkah aku membantumu?”
“Aku Pagri,tanaman pagar, dulu aku senang sekali tinggal di sini karena bisa melindungi taman ini, tapi..sekarang aku sedih sekali hu..hu..”
“Sudah, sudah. Jangan menangis, mungkin aku bisa membantumu.”
“Lihatlah, sekarang badanku kurus! semua ini gara-gara dia..”
Popa bingung, siapa yang dimaksud Pagri tersebut.
“Tali putri mengubah hidupku… Sejak kedatangannya aku menjadi sengsara. Makanan yang sudah kubuat, diambilnya tanpa permisi..”
Tali Putri! Bolehkah aku tahu di mana Tali Putri itu tinggal? mungkin aku bisa bicara dengannya..
“Kau bisa lihat! tanaman yang menjalar berwarna kuning di atas tubuhku itulah yang bernama Tali Putri, aku sudah mengusirnya, tapi dia tak mau pergi. Tolonglah aku Popa..”
“Hmm..bagaimana aku bicara dengannya Pagri?”
“Terbanglah ke ujung timur dari taman ini, di sana kau bisa bicara dengannya.”
“Baiklah, aku akan berusaha, Pagri.”
“Terimakasih Popa, semoga kau berhasil..”

Popa segera terbang ke ujung timur taman tersebut. Di sanalah tampak Tali putri yang tumbuh sangat lebat  kelihatan sedang asyik makan. Popa terbang mengelilinginya. Tali putri tercengang melihat ada binatang indah yang terbang di atasnya. “Hai, siapa kau binatang cantik?”
“Assalamu’alaikum, perkenalkan namaku Popa, aku penghuni baru di taman ini.”
“Oh, begitu, kau cantik sekali..maukah kau berteman denganku?”
“Ehm..tentu saja. Kamu sendiri siapa? Apa yang sedang kamu lakukan?”
“Aku tali putri. Aku baru satu bulan menghuni taman ini. Aku adalah mahluk yang paling beruntung, karena aku bisa makan sepuasnya tanpa perlu mencari makan.”
“Hai, kenapa bisa semudah itu?”
“Yah, tentu dong. Aku bisa mengambil makanan dari tanaman pagar yang aku tumpangi ini. Dia yang membuat makanan, dan aku yang memakannya, ha..ha..ha kasihan sekali dia ya!”
“Wah, kasihan sekali tanaman pagar itu ya..apa kamu tidak kasihan tali putri?”
”Kasihan
? Kenapa harus kasihan. Memang takdirnya begitu, aku tidak bisa membuat sendiri makananku, jadi dia yang menyediakan makanan untukku. Aku bebas saja mengambil makanan dari tumbuhan yang aku tumpangi.”
“Wah, aku jadi sedih melihat tanaman pagar itu…”
“Sudahlah, memang nasib dia seperti itu..kau tidak usah memikirkan dia, Popa.”
“Tapi, aku tidak akan tega bermain denganmu jika melihat keadaan tanaman pagar seperti itu..”
“Jadi, kau tidak mau berteman denganku, Popa?”
“Aku tidak tega melihat tanaman pagar. Hiks..hiks. Kalau tanaman pagar mati, kau mau mengambil makanan siapa lagi Tali Putri?”
“Sudahlah, itu tidak usah Kau pikirkan..Mari, kita bermain saja, Popa!”
“Maaf Tali Putri, aku tidak bisa.  Tanaman Pagar adalah temanku juga, aku tidak mau bahagia di atas penderitaan temanku yang lain..” Popa segera terbang dengan marah.
“Popa, tunggu!”
                                                            #
Popa merasa sangat sedih melihat keadaan Pagri.  Tubuh Pagri makin lama kian melemah karena kekurangan makanan. Popa bingung harus berbuat apa lagi, sudah beberapa kali ia menasihati Tali Putri, tapi tak jua membuahkan hasil. Akhirnya, suatu hari Popa mendapatkan ide. Popa kembali terbang menemui Tali Putri dengan semangat.  Tali Putri juga sangat senang menyambut Popa.
“Popa, kamu sudah mau berteman denganku? Kamu sudah tidak marah lagi padaku?”
“Maaf, Tali Putri.. aku ke sini ingin menyampaikan padamu kalau aku tidak akan tinggal di sini lagi.”
“Hah..kenapa, Popa?”
“Aku tidak tahan melihat penderitaan Pagri, tanaman Pagar dan kesombonganmu, aku akan pergi jauh dari sini...”
“Jangan, Popa!  Nanti tidak akan punya teman, hanya kau yang kuharapkan  mau menjadi temanku..”
“Maaf, Tali Putri, aku tidak bisa menjadi temanmu..”
“Popa..beri aku kesempatan. Aku akan mengikuti apa yang kamu katakan.  Jadi,  menurutmu bagaimana Popa? Apa yang harus aku lakukan?”
“Hmm..menurutku, kau tidak boleh rakus begitu. Kau asyik makan tapi tanaman pagar kelaparan. Menurutku, kau ambil saja makanan seperlumu ..”
“Tapi,sungguh kau mau jadi temanku kalau aku melakukan itu, Popa?”
“Ya, kalau tanaman pagar tidak kau ambil semua makanannya, aku mau menjadi temanmu.”
Terimakasih, Popa. Aku berjanji akan mengurangi makanku.”
“Ya, sudah, aku senang mendengarnyaTapi, itu juga harus kau buktikan ya! Aku pergi dulu. Sampai bertemu lagi. Assalamu alaikum..”
“Apa yang harus aku jawab, Popa?.”
“Jawablah, ‘Wa’alaikumussalam..”
“Oh, iya, Popa. Wa’alaikumussalam. Main ke sini lagi, ya Popa..”
“Insya Allah. Da..da..”

 dimuat di Lampost Minggu

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masa Penjajahan Jepang

Tokoh Pergerakan Nasional yang Menginspirasi

Salju di Wilayah Indonesia