Kado Untuk Bunda

 Saya suka menulis cerita anak. Sering ide saya dapatkan dari pengalaman pribadi atau cerita teman. Ini salah satu contoh ceeita yang merupakan perpaduan pengalaman pribadi dan pengalaman teman..Alhamdulillah dimuat di Lampung post... 


Kado Untuk Bunda
“Na, kamu mau ikutan kasih kado ke Bunda gak?”
“Memang Bunda ulang tahun, ya?”
“Lho, kamu belum tahu, Na. Senin besok ulang tahun Bunda..”
 “Eh, Dina aja udah beli kado buat Bunda lho!”
“Hmm, kemarin Agi, Lena, sama Cika udah janjian sama aku. Kami mau beli kado bareng. Kamu mau ikut gak?”
“Ehmm..entar deh, tapi kayaknya aku gak bisa ikut, Fa.”
“Ya udah, tapi hari Senin kamu ikutan ya, kita mau kasih kejutan buat Bunda...” Ashfa berbisik sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk tanda setuju dan terimakasih.

Siang yang panas.  Aku merasa sangat lapar. Tadi pagi Emak memintaku membawa pisang muli untuk snack di sekolah.  Sebenarnya aku ingin protes, tapi demi melihat tatapan tajam Emak aku urung melakukannya.  Segera memasukkan satu sisir pisang muli itu ke dalam tas dan berlalu dari hadapan emak.  Pisang muli itu memang cukup mengganjal perutku yang lapar, tapi segera membuatku kelaparan lagi pulang sekolah ini.
“Mak, ini sayur apa?” Teriakku demi melihat sayur di mangkok yang agak aneh.
“Sudah, dimakan saja, itu sayur pisang.” Jawab Emak dari belakang rumah.
Hmm..sungguh membosankan.  Sudah seminggu ini menu makanku berputar-putar dari bahan bernama pisang. Pisang rebus, pisang goreng, pisang muli yang hampir tiap hari, dan kali ini sayur pisang.  Aku sungguh tidak berselera lagi untuk memakannya, tapi demi perut yang keroncongan, aku menelan dengan tidak rela nasi dan sayur pisang.

Malam ini aku susah sekali memejamkan mata. Teringat kata Ashfa tentang kado untuk Bunda.  Bunda, dia orang yang istimewa, aku harus memberikan kado di hari ulang tahunnya.  Aku tak ingin hari istimewa itu terlewat tanpa ada sesuatu yang kutunjukkan sebagai rasa cintaku padanya.  Bunda bagi kami, murid-muridnya, memang istimewa, dia yang membuatku percaya diri saat teman-temanku berkali mengejek dan membuatku menangis. Bunda juga yang membuatku bangga karena dukungannya membuatku berhasil memenangkan lomba baca puisi tingkat sekolah, dan membuat teman-temanku memandangku dengan pandangan lain, pandangan takjub, pandangan tidak merendahkan, pandangan teman.  Bunda.. Ibu Wanda. Kami sepakat memanggilnya dengan menggabung Bu dari kata Ibu, dan Nda dari namanya, Wanda,  sehingga menjadi Bunda. Kami senang menyebut Bunda, dan lebih senang lagi Bunda tak keberatan kami memanggil begitu.
Sungguh malam ini aku sulit memejamkan mata. Terngiang  kata Emak tadi sore..”Jangankan untuk membeli kado Na, kamu tahu sendiri, sudah berhari-hari makan kita hanya dari pisang, pisang, dan pisang. Emak tidak bisa membeli lauk, dan pisanglah yang kita punya, hanya pisang yang saat ini bisa kita makan ...” Emak berkata dengan wajah sedih.
Aku hanya bisa menghela nafas.  Jadi, apa kado yang harus kuberikan pada Bunda?

Hari ini aku membantu Emak dan Abah memanen pisang. Kebun pisang kami memang hanya di samping rumah.  Emak bilang ingin menjual pisang-pisang itu agar kami bisa berganti menu. Aku semangat sekali membantu, berharap ada upah yang bisa kudapat untuk membelikan kado buat Bunda.  Hanya ada kesempatan hari ini untuk membelikan kado Bunda.  Besok hari ulang tahun Bunda, dan aku sudah berjanji akan ikut teman-teman mengantarkan kejutan ke rumah Bunda.

Hari beranjak sore. Aku bersiap pergi ke rumah Bunda. Sengaja tadi aku menyelinap pergi saat bel pulang sekolah. Hanya pesan singkatku untuk Ashfa, aku tidak jadi ikut ke rumah Bunda.  Sebenarnya aku bukan tidak akan ke sana, aku hanya menunda agar saat aku ke rumah Bunda tidak bertemu dengan mereka, aku malu karena kadoku tak seperti yang mereka berikan pada Bunda. Kado mereka semuanya mahal dan istimewa. Sedangkan, kadoku sama sekali tidak istimewa.
“Hai, Nana..  kamu bisa datang juga ya..”
Aku terkejut, tanpa kusadari ternyata aku sudah sampai di depan rumah Bunda. Tampak Ashfa tersenyum di depan pintu rumah Bunda.
“Kami baru pamitan, Na.  Tuh, teman-teman masih di dalam.”
Aku terdiam, bingung, tidak enak, dan malu. Tapi, aku tak mungkin berbalik. Aku hanya tersenyum kecut. “Bunda, Nana datang juga,nih!”
Segera, Bunda dengan senyum cerianya muncul dari pintu, disusul teman-temanku.
“Eh, Nana..ayo masuk, Kok kamu baru datang.”
“Oh, eh, iya..Bunda, ini kado dari Nana.. maaf, Nana Cuma bisa kasih ini..”
“Wah, Kamu repot-repot juga, Na.. Eh, ayo..semua masuk lagi.”

Bunda memang istimewa, kadoku yang sangat sederhana menjadi istimewa karena penghargaan yang diberikan Bunda. Parcel yang kubungkus plastik bergambar, berisi 4 sisir pisang muli itu ternyata bisa meramaikan ultah Bunda.  Sore ini aku sangat bahagia. Ternyata, tidak ada pandangan mencemooh dari teman-teman karena kadoku hanya pisang muli.  Bahkan, aku jadi tahu ternyata pisang yang selama ini membuatku kesal, menyimpan gizi yang sangat bermanfaat.  Dan yang membuatku semakin bahagia, teman-teman tidak mengejekku, bahkan mereka ingin membeli pisang muli dariku.  Rasanya aku tak sabar menunggu besok, ingin segera membawa pisang-pisang muli itu ke sekolah, membayangkan wajah Emak dan Abah yang berbinar, membayangkan akan segera berganti lauk. 


Dimuat di Lampung Post, 14 April 2013


Komentar

  1. Perjuangan dan Pengabdian seorang Bunda dan anak.. Super Dupper Excellent, Terima kasih atas inspirasinya

    BalasHapus
  2. Keren, kisah yg inspiratif untuk anak Indonesia. Ditunggu karya berikutnyaπŸ‘

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih...ayo, ditunggu juga karya inspriratifmu...

      Hapus
  3. Keren bu nur, kisah yg penuh hikmah dan makna. Karya selanjutnya ditunggu he he

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kalau karya selanjtnya ditunggu...siap...

      Hapus
  4. Masya Allah jadi terharu. Bunda, seorang guru yang sudah dianggap seperti ibu sendiri, karena dukungan moril yang luar biasa utk semua anak ideologis nya. Keren ustadzah Nur, barokallah ya😘😘

    BalasHapus
  5. Masyaallah kereen sekali kisahnya, jadi pengen nulis juga πŸ€­πŸ‘

    BalasHapus
  6. Masya Alloh, kisah yg menginspirasi.πŸ‘πŸ‘

    BalasHapus
  7. Masya Allah. Ustadzah, memberikan pelajaran yang sangat berharga untuk anak2 yang membaca. Mengandung hikmah untuk menerima rezeki yang diberikan oleh Allah serta kreatif untuk mencari dan mendapatkan yang lebih baik. Jazakillah khoir πŸ™πŸ‘

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kok Mereka Menutupi Pilihannya, Ya?

Peristiwa Penting Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia