Tazkiyatun Nafs

Zaka: mensucikan
Zakka: sungguh-sungguh
Tazakka: bersegera bersungguh-sungguh mensucikan
Pada hakikatnya mensucikan jiwa kita lakukan agar bersih dari itsmun(dosa). Itsmun berarti juga lambat, maka ketika jiwa kita lambat dalam melaksanakan amal sholih artinya jiwa harus segera dibersihkan agar bersegera melaksanakan amal sholih, sesuai QS. Ali Imron:133

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿ ١٣٣

wasaari'uu ilaa maghfiratin min rabbikum wajannatin 'ardhuhaa alssamaawaatu waal-ardhu u'iddat lilmuttaqiina

[3:133] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

Jiwa yang bersih perlu dicapai karena merupakan bekal dari seorang dai agar benar dalam berinteraksi dengan Allah, Tazkiyatun Nafs memang bukan hal yang mudah karena selalu di barang-barang oleh bisikan syaitan, walaupun sebenarnya bisikan syaitan itu sangat lemah. Hal tersebut karena 2 hal
1. Syaitan tidak kreatif dalam.menggoda manusia dan itu sudah dikabarkan dalam beberapa Hadits.
2. Syaitan hanya membisikkan godaannya di hati terluar manusia. Hati manusia terdiri dari 4 bagian: shadr berarti hati bagian luar, qalb berarti hati bagian dalam, fuad atau afidah berarti hati yang lebih dalam, sedangkan albab berarti hati yang paling dalam atau hati sanubari atau hati nurani.
Manusia yabg sukses adalah yang jiwanya kbali dalam keadaan yang tenang.

Tahapan dalam tazkiyatun nafs:
1.Tathohur: membersihkan diri dan jiwa; Hadits nabi, "Ajarkan anak perempuanmu QS.An Nuur". Inti dari QS Dan Nuur adalah Thoharoh. Walaupun secara hargiah An Nuur berarti cahaya. Ustadz Adi Hidayat menjelaskan, nama surah Dan Nuur menunjukkan bahwa seluruh ayat yang terkandung dalam surah itu merupakan cahaya yang merupakan petunjuk dari Allah kepada hambaNya agar selamat menjalani kehidupan.

2. Ta'alluq (Menggantungkan hati dan pikiran hanya untuk Allah)

Dalam istilah lain dikenal dengan zikir kepada Allah. Dengan berusaha mengingat dan mengikatkan kesadaran hati dan pikiran kita kepada Allah. Apapun, bagaimanapun dan dimanapun kondisi seorang mukmin berada, maka is terikat dan tidak terlepas dari berfikir dan berdzikir kepada Allah. Sebagaimana dalam firman-Nya:

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ  (آل عمران191)

Artinya: Yakni orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi sraya berkata:Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka perihalah kami darisiksa neraka.

3. Takhalluq
Takhalluq merupakan suatu upaya menuju proses penyempurnaan diri melalui pengejewantahan sifat-sifat Tuhan yang mulia untuk dapat ditiru dalam sifat-sifat seorang mukmin. Sehingga ia memiliki sifat-sifat mulia sebagaimana sifat-sifat Tuhan. Proses ini bisa juga disebut proses internalisasi sifat Tuhan ke dalam diri manusia. Seperti halnya banyak di antara kalangan sufi yang dalam hal ini menyandarkan Hadist Nabi yagn berbunyi: "Takhallaq bi Akhlaq-I Allah". Yang artinya berakhlaglah seperti Akhlaq Tuhan.

4. Tahaqquq (Aktualisasi sikap)
Adalah merupakan suatu proses untuk mengaktualisasikan kesadaran dan kapasitas dirinya sebagai seorang mukmin – sebagaimana tercermin dalam proses takhalluq – untuk kemudian mengaplikasikannya dalam perilaku kehidupan sehari-hari. la merupakan proses terakhir dari pengejewantahan proses takhalluq untuk menuju manusia yang sempurna.
Sebuah gambaran singkat menuju proses penyempurnaan diri manusia, yang berangkat dari pengenalan arti dan hakekat manusia itu sendiri, untuk kemudian sampai kepada Tuhannya.


Pilar-pilar Tazkiyatun Nafs:

1. Mu’ahadah

Mu’ahadah adalah mengingat perjanjian dengan Allah Subhanahu Wata’ala. Sebelum manusia lahir ke dunia, masih berada pada alam gaib, yaitu di alam arwah, Allah telah membuat “kontrak” tauhid dengan ruh. Kontrak tauhid ini terjadi ketika manusia masih dalam keadaan ruh belum berupa materi (badan jasmani). Karena itu, logis sekali jika manusia tidak pernah merasa membuat kontrak tauhid tersebut.

Mu’ahadah konkritnya diikrarkan oleh manusia mukmin kepada Allah setelah kelahirannya ke dunia, berupa ikrar janji kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

2. Mujahadah
Mujahadah berarti bersungguh hati dalam melaksanakan ibadah dan melaksanakn amal soleh, sesuai dengan apa yang telah Allah perintahkan pada kita. Dengan bermujahadah maka akan tampak keseriusan kita bahwa kita sangat membutuhkan Allah didalam menjalani kehidupan ini.

Orang-orang yang selalu bermujahadah merealisasikan keimananya dengan beribadah dan beramal shaleh di janjikan akan mendapatkan petunjuk jalan kebenaran untuk menuju rido Allah SWT.

Oleh sebab itu, hendaknya kita selalu bermujahadah dalam melaksanakan segala aktifitas kita baik ibadah mahdo maupun ibadah ghairu mahdo.

3. Muroqabah

Muroqabah adalah merasa selalu diawasi oleh Allah SWT segala tingkah laku kita di dunia ini, sehingga dengan kesadaran ini mendorong manusia senantiasa melaksanakan perintah Allah dengan rajin dan ikhlas serta menjauhi segala apa-apa yang di larang-Nya.

Syekh Ahmad bin Muhammad Ibnu Al-Husain Al-Juariry mengatakan, “ jalan kesuksesan itu dibangun di atas dua bagian. Pertama, hendaknya engkau memaksa jiwamu muroqabah oleh Allah SWT. Kedua, hendaknya ilmu yang engkau miliki tampak di dalam prilakumu sehari-hari.”

4. Muhasabah

Muhasabah berarti introspeksi diri, menghitung diri dengan amal yang telah dilakukan. Manusia yang beruntung adalah manusia yang tahu diri, dan selalu mempersiapkan diri untuk kehidupan kelak yang abadi di yaumul akhir.

Dengan melakasanakan Muhasabah, seorang hamba akan selalu menggunakan waktu dan jatah hidupnya dengan sebaik-baiknya, dengan penuh perhitungan baik amal ibadah mahdhah maupun amal sholeh berkaitan kehidupan bermasyarakat. Allah SWT memerintahkan hamba untuk selalu mengintrospeksi dirinya dengan meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah SWT.

5.Mu’aqabah

Muaqabah artinya pemberian sanksi terhadap diri sendiri. Apabila melakukan kesalahan atau sesuatu yang bersifat dosa maka ia segera menghapus dengan amal yang lebih utama meskipun terasa berat, seperti berinfaq dan sebagainya.

Kesalahan maupun dosa adalah kesesatan.

Oleh karena itu agar manusia tidak tersesat hendaklah manusia bertaubat kepada Allah, mengerjakan kebajikan sesuai dengan norma yang ditentukan untuk menuju ridha dan ampunan Allah.

Berkubang dan hanyut dalam kesalahan adalah perbuatan yang melampaui batas dan wajib ditinggalkan.

Di dalam ajaran Islam, orang baik adalah orang yang manakala berbuat salah, bersegera mengakui dirinya salah, kemudian bertaubat, dalam arti kembali ke jalan Allah dan berniat dan berupaya kuat untuk tidak akan pernah mengulanginya untuk kedua kalinya.

Shadaqallahul’azhim. Allahu A’lamu Bissawab


Di sampaikan oleh Ustadzah Khoiruna Arfalah, S.Pd, M.Pd

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kado Untuk Bunda

Kok Mereka Menutupi Pilihannya, Ya?

Peristiwa Penting Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia